Salak
Bangkalan
Apabila Yogyakarta mempunyai salak pondok
sebagai buah kebanggaan, Sumatera Utara mempunyai salak sidempuan, dan salak
condet dari Jakarta, Kabupaten Bangkalan juga mempunyai varietas buah salak
sebagai kebanggaan, yaitu salak bangkalan.
Salak bangkalan sangat terkenal tidak kalah
dengan salak pondoh dari DIY. Meski namanya sangat pepoler dan terkenal di
kalangan masyarakat, tak ada yang tahu persis penanam pertamanya. Menurut
cerita dari mulut ke mulut bisa memberikan gambaran. Almarhum KHM Cholil bin
Abd Latif, pendiri Pondok Pesantren Mertajasah Bangkalan, dipercaya sebagai
perintis penanaman kerabat kelapa sawit itu di sana. Ulama kharismatik itu
sangat mencintai salak. Ia kerap menugaskan para santri untuk merawat kebun
salak di sekitar pondok.
Santri yang merupakan penduduk setempat kerap
mendapat oleh-oleh buah salak. Bijinya ditanam di rumah sehingga penanaman
salak meluas. Bahkan, beberapa salak di Jawa Timur seperti wedi di Bojonegoro,
kersikan di Pasuruan, dan suwaru di Malang diyakini bibitnya berasal dari
Bangkalan oleh santri yang pernah mondok di sana. Namun, kabar itu disangsikan
oleh Greg Hambali ahli Botani dan Kolektor Salak dari Bogor.
Salak adalah sejenis palma dengan buah yang
biasa dimakan. Ia dikenal juga sebagai sala. Dalam bahasa Inggris disebut salak
atau snake fruit, sementara nama ilmiahnya adalah Salacca zalacca. Buah ini
disebut snake fruit karena kulitnya mirip dengan sisik ular.
Salak adalah tanaman palma berbentuk perdu
atau hampir tidak berbatang, berduri banyak, melata dan beranak banyak, tumbuh
menjadi rumpun yang rapat dan kuat. Batang menjalar di bawah atau di atas
tanah, membentuk rimpang, sering bercabang, diameter 10-15 cm. Daun majemuk
menyirip, panjang 3-7 m; tangkai daun, pelepah dan anak daun berduri panjang,
tipis dan banyak, warna duri kelabu sampai kehitaman. Anak daun berbentuk
lanset dengan ujung meruncing, berukuran sampai 8 x 85 cm, sisi bawah keputihan
oleh lapisan lilin. Kebanyakan berumah dua (dioesis), karangan bunga terletak
dalam tongkol majemuk yang muncul di ketiak daun, bertangkai, mula-mula
tertutup oleh seludang, yang belakangan mengering dan mengurai menjadi serupa
serabut.
Tongkol bunga jantan 50-100 cm panjangnya,
terdiri atas 4-12 bulir silindris yang masing-masing panjangnya antara 7-15 cm,
dengan banyak bunga kemerahan terletak di ketiak sisik-sisik yang tersusun
rapat. Tongkol bunga betina 20-30 cm, bertangkai panjang, terdiri atas 1-3
bulir yang panjangnya mencapai 10 cm. Buah tipe buah batu berbentuk segitiga
agak bulat atau bulat telur terbalik, runcing di pangkalnya dan membulat di
ujungnya, panjang 2,5-10 cm, terbungkus oleh sisik-sisik berwarna kuning coklat
sampai coklat merah mengkilap yang tersusun seperti genting, dengan banyak duri
kecil yang mudah putus di ujung masing-masing sisik. Dinding buah tengah
(sarkotesta) tebal berdaging, kuning krem sampai keputihan; berasa manis,
masam, atau sepat. Biji 1-3 butir, coklat hingga kehitaman, keras, 2-3 cm
panjangnya.
0 komentar:
Posting Komentar